Monday, 22 August 2016

MAKALAH BRUNEI DARUSALAM



KATA PENGANTAR
            Puji Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah yang berjudul “Kajian Negara Brunei Darussalam”, Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
            Makalah ini dibuat sebagai tugas mata pelajaran Geografi, yang secara garis besar memuat tentang sejarah pembentukan negara Brunei Darussalam.
            Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan keapda semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.



                                Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A.    Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
C.     Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A.    LETAK GEOGRAFIS......................................................................................... 3
B.     BENTANG ALAM.............................................................................................. 3
C.     SEJARAH ............................................................................................................ 3
D.    POLITIK DAN PEMERINTAHAN.................................................................... 5
E.     PENDUDUK........................................................................................................ 7
F.      EKONOMI........................................................................................................... 7
G.    KOTA PENTING................................................................................................. 7
H.    HUBUNGAN BILATERAL............................................................................... 8
I.       HUBUNGAN INTERNASIONAL..................................................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 10
A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 10
B.     Saran.................................................................................................................... 10



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Brunei Darussalam merupakan negara kerajaan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Negara tersebut terletak di bagian utara Pulau Kalimantan (Borneo) dan berbatasan dengan Malaysia.Berdasarkan data statistik, penduduk Brunei Darusalam hanya berjumlah 370 ribu orang. Sekitar 67 persen dari total populasinya beragama Islam, Buddha 13 persen, Kristen 10 persen, dan kepercayaan lainnya sekitar 10 persen. Di lihat dari sejarahnya, Brunei adalah salah satu kerajaan tertua di Asia Tenggara. Sebelum abad ke-16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah Kalimantan dan Filipina.Sesudah merdeka di tahun 1984, Brunei kembali menunjukkan usaha serius dalam upaya penyebaran syiar Islam, termasuk dalam suasana politik yang masih baru.
Di antara langkah-langkah yang diambil ialah mendirikan lembaga-lembaga modern yang selaras dengan tuntutan Islam. Sebagai negara yang menganut sistem hukum agama, Brunei Darussalam menerapkan hukum syariah dalam perundangan negara.Untuk mendorong dan menopang kualitas keagamaan masyarakat, didirikan sejumlah pusat kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.
Tak hanya dalam negeri, untuk menunjukkan semangat kebersamaan dengan masyarakat Islam dan global, Brunei juga terlibat aktif dalam berbagai forum resmi, baik di dunia Islam maupun internasional. Sama seperti Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam dengan Mazhab Syafii, di Brunei juga demikian. Konsep akidah yang dipegang adalah Ahlussunnah waljamaah. Bahkan, sejak memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, Brunei telah memastikan konsep ”Melayu Islam Beraja” sebagai falsafah negara dengan seorang sultan sebagai kepala negaranya. Saat ini, Brunei Darussalam dipimpin oleh Sultan Hasanal Bolkiah. Dan, Brunei merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara dengan latar belakang sejarah Islam yang gemilang.
Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran kewirausahaan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung. Pengeluran minyak mentah dan gas alamterdiri dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua layananpengobatan dan memberikan subsidi beras dan perumahan. Pemimpin-pemimpin Brunei merasa bimbang bahwa keterpaduan dengan ekonomi dunia yang semakin bertambah akan mempengaruhi perpaduan sosial dalam, walaupun Brunei telah memainkan peranan yang lebih kentara dengan menjadi ketua forum APEC padatahun 2000. Rancangan-rancangan yang dinyatakan untuk masa hadapan termasuk peningkatan keterampilan tenaga buruh, pengurangan pengangguran, pengukuhan sektor-sektor perbankan dan pariwisata, serta secara umum, peluasan lagi asas ekonominya. Sistem Penerbangan Brunei Diraja, sistem penerbangan negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan internasional antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga mempunyai layanan ke tujuan-tujuan Asia yang utama.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di bidang perdagangan dan Industri.Dengan komersialisasi temuan minyak pertama tahun 1929, Sultan Brunei mengadakan kerjasama dengan perusahaan Shell dan mendirikan perusahaan patungan bernama Brunei Shell Petroleum Sdn. Bhd. (BSP).Pada tahun 1980-an, Sultan Brunei mengijinkan dibentuknya konsorsium guna memungkinkan perusahaan minyak asing lainnya turut melakukan eksplorasi minyak, yakni Total Fina Elf, yang bermitra dengan perusahaan lokal Brunei, Jasra International Petroleum.
Data statistik perdagangan luar negeri Brunei Darussalam menunjukkan bahwa selama tahun 2010, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Brunei sebesar B$ 928.960.000, yang terdiri dari nilai ekspor Brunei ke Indonesia B$ 859.940.000 dan nilai ekspor Indonesia ke Brunei B$ 69.020.000.


B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kebijakan perdagangan internasional Negara Brunei Darussalam?
2.      Bagaimana hubungan kebijakan perdagangan internasional Negara Brunei Darussalam dengan teori-teori perdagangan dan bisnis internasional?

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui kebijakan perdagangan internasional Negara Brunei Darussalam.
2.      Untuk mengetahui hubungan kebijakan perdagangan internasional Negara Brunei Darussalam dengan teori-teori perdagangan dan bisnis internasional.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    LETAK GEOGRAFIS

Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur, selatan, dan barat dengan Negara bagian Serawak, Malaysia.
Letak Astronomis
Berdasarkan letak astronominya, Brunei Darussalam terletak pada 4° LU- 5° LU dan 114° BT- 115° BT. Luas wilayah  Brunei Darussalam adalah 5.765² km.

B.     BENTANG ALAM
Keadaan alam Brunei Darussalam hampir semua berupa datara rendah. Daerah pantai berupa rawa-rawa debngan hutan bakau, makin ke pedalaman daerahnya berbukit-bukit, dan Brunei Darussalam bagian timur lebih tinggi daripada bagian barat. Puncak tertinggi di Brunei Darussalam adalah Bukut pagon dengan ketinggian kira-kira 1.850 m yang terletak di ujung selatan daerah Temburong. Wilayah Brunei Darussalam bagian barat terdapat sungai utama, yaitu Sungai Belait, Sungai Tutong, dan Sungai Brunei. Sedang di bagian timur terdapat Sungai Temburong. Sungai Belait merupakan sungai terpanjang di Brunei Darussalam.

C.    SEJARAH
Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah menjadi taklukan (vazal) Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa. Nama Brunai tercantum dalam Negarakertagama sebagai daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama karena setelah Hayam Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah negeri yang merdeka dan pusat perdagangan penting.
Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan sedikit kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Sultan Mohyidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei yang ingin menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.





D.    POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah.
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki absolut berdasar hukum islam dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di dalam negeri.

Istana nurul iman
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga. Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania Raya dari Singapura.

Istana dengan kubah emas
Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
DAFTAR RAJA-RAJA BRUNEI
Raja-raja Brunai Darusalam yang memerintah sejak didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni:
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)


E.     PENDUDUK
Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu (66,3%). Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa (Han) yang menyusun lebih kurang 11.2% jumlah penduduknya. disusul penduduk asli/dayak (3.4%) dan suku-suku lainnya (19.1%). Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara meluas, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan sejumlah besar warganegara Britania dan Australia.
Islam ialah agama resmi Brunei (67%), dan Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong Hoa[13%]), agama Kristen (10%), serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang amat kecil [10%]).
F.     EKONOMI
Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran kewirausahaan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung. Pengeluran minyak mentah dan gas alam terdiri dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua layanan pengobatan dan memberikan subsidi beras dan perumahan. Pemimpin-pemimpin Brunei merasa bimbang bahwa keterpaduan dengan ekonomi dunia yang semakin bertambah akan mempengaruhi perpaduan sosial dalam, walaupun Brunei telah memainkan peranan yang lebih kentara dengan menjadi ketua forum APEC pada tahun 2000. Rancangan-rancangan yang dinyatakan untuk masa hadapan termasuk peningkatan keterampilan tenaga buruh, pengurangan pengangguran, pengukuhan sektor-sektor perbankan dan pariwisata, serta secara umum, peluasan lagi asas ekonominya. Sistem Penerbangan Brunei Diraja, sistem penerbangan negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan internasional antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga mempunyai layanan ke tujuan-tujuan Asia yang utama.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.
Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di bidang perdagangan dan Industri.
G.    KOTA PENTING
Wilayah Brunei dibagi menjadi empat distrik (daerah), yaitu : Belait, Tutong,  Muara serta Temburong. Keempat distrik tersebut dibagi lagi menjadi 38 mukim (desa/kelurahan). Uniknya Distrik Temburong letaknya terpisah dengan tiga distrik lainnya dan dipisahkan oleh wilayah Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Jadi, bila Anda ingin berkunjung ke Distrik Tutong dari Bandar Seri Begawan (Distrik Brunei dan Muara) via darat, Anda harus membawa paspor, karena Anda akan keluar dari wilayah Negara Brunei Darussalam kemudian masuk ke wilayah Negara Malaysia (Negara Bagian Sarawak) dan kemudian masuk ke wilayah negara Brunei Darussalam lagi. Bila Anda berkunjung ke Distrik Tutong via laut, Anda tidak perlu membawa paspor karena tidak melewati perbatasan negara Brunei Darussalam dan Malaysia, jadi tidak ada pemeriksaan paspor.

Kota utama di Brunei : Muara (dengan Bandar Seri Begawan nya), Kuala Belait dan Bandar Tutong



H.    HUBUNGAN BILATERAL
  1. Sejarah Singkat Hubungan Bilateral
    Awal dibukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Brunei Darussalam sebenarnya telah ditandai dengan adanya saling kunjung secara tidak resmi antara pejabat tinggi kedua negara. Menjelang kemerdekaan Brunei Darussalam pada tahun 1984, Sultan Brunei Darussalam melakukan kunjungan tidak resmi ke Indonesia pada tahun 1981. Sementara itu Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH juga telah melakukan kunjungan ke Brunei Darussalam pada tahun 1982.
Sejak pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Brunei Darussalam tanggal 1 Januari 1984, hubungan bilateral kedua negara terus berkembang dengan baik di segala bidang.
  1. Kerjasama dan Hubungan Politik
    Kedekatan hubungan Indonesia dan Brunei Darussalam ditandai dengan terus berlangsungnya saling kunjung antar para pejabat negara, pengusaha dan rakyat kedua negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terakhir kali berkunjung ke Brunei Darussalam pada bulan Februari 2006. Sedangkan Sultan Brunei Darussalam ke Indonesia terakhir berkunjung ke Indonesia pada 9 – 11 November 2008.
Pada bulan November 1999 kedua negara sepakat untuk membentuk Komisi Bersama pada tingkat Menlu untuk menggali berbagai potensi kerjasama di antara kedua negara. Pertemuan Komisi Bersama yang pertama berlangsung di Jakarta tanggal 25 Juli 2003, sementara pertemuan kedua (terakhir) diadakan di Bandar Seri Begawan tanggal 18 Agustus 2006. Pada kesempatan tersebut, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang antara lain perdagangan, kebudayaan, pertahanan, kesehatan, penerangan, ketenagakerjaan serta mendorong peningkatan hubungan antarswasta dan masyarakat kedua negara.
  1. Kerjasama dan Hubungan Ekonomi
    Hubungan perdagangan kedua negara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai total perdagangan antara Indonesia dan Brunei Darussalam pada tahun 2008 mencapai US$ 2,476 milyar, naik dari total perdagangan tahun 2007, yaitu sejumlah US$ 1,9 milyar. Neraca perdagangan kedua negara khususnya selama lima tahun terakhir menunjukan defisit bagi Indonesia. Hal ini karena Indonesia banyak mengimpor minyak dari Brunei Darussalam.
  2. Kerjasama Sosial-Budaya
    Bidang sosial-budaya merupakan potensi kerjasama yang terlihat cenderung makin meningkat diantara RI dan Brunei Darussalam, diantaranya ditandai dengan kunjungan misi budaya/kesenian kedua negara pada berbagai kesempatan. Pada tanggal 22 April 2008 di Jakarta, Indonesia dan Brunei Darussalam telah menandatangani MoU Kerjasama di bidang Kebudayaan.
    Pada Sidang I Komisi Bersama Indonesia-Brunei Darussalam di Jakarta, Juli 2003, kedua pihak sepakat pentingnya Lembaga Persahabatan Indonesia – Brunei Darussalam untuk meningkatkan saling pengertian dan kerjasama di bidang sosial budaya. Pada tanggal 24 Maret 2009 di Brunei Darussalam, telah diresmikan Brunei Darussalam – Indonesia Friendship Association (BRUDIFA). BRUDIFA sebagai sarana second-track diplomacy antara Indonesia dan Brunei Darussalam bertujuan untuk lebih mempererat hubungan dan meningkatkan kerjasama kedua negara di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
  3. Kerjasama lain-lain
    Kerjasama kedua negara di berbagai forum regional dan internasional juga berlangsung dengan baik, seperti dalam forum ASEAN, ARF, ASEM, BIMP-EAGA, PBB, APEC, OKI, G-77, WTO.
6. Indonesia dan Brunei Darussalam, bersama dengan Malaysia telah membentuk Heart of Borneo (HoB) dalam rangka melindungi kawasan kawasan tersebut dari ancaman penebangan liar dan penggundulan hutan serta untuk melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Kerjasama melalui program HoB tersebut dilakukan dengan membangun komitmen ketiga negara dalam kerangka kerjasama konservasi lintas batas dan memperkuat pelaksanaan program lapangan pada kawasan konservasi dan kawasan budidaya.

I.       HUBUNGAN INTERNASIONAL
Hubungan Brunei-Indonesia mengacu pada hubungan bilateral antara Kesultanan Brunei Darussalam dan Republik Indonesia. Brunei memiliki kedutaan besar di Jakarta, sementara Indonesia memiliki kedutaan besar di Bandar Seri Begawan. Meskipun tidak berbagi perbatasan darat secara langsung, Indonesia dan Brunei berbagi pulau Kalimantan. Karena hubungan diplomatik yang dibangun kembali pada tahun 1984, kedua negara menikmati hubungan yang hangat dan ramah. Hubungan keseluruhan antara kedua negara berjalan dengan baik dan bahwa kedua belah pihak terus menikmati hubungan yang kuat dalam spektrum yang luas dari kerjasama operasi; termasuk perdagangan dan investasi, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan, kesehatan, pertahanan, kejahatan transnasional, pendidikan, kepemudaan, kebudayaan dan kontak orang per orang.[1]
Kedua negara baik Brunei maupun Indonesia memiliki banyak kesamaan ciri-ciri karakteristik umum, ini termasuk bingkai acuan umum dalam sejarah, budaya dan agama. Bahasa nasional kedua negara; Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu berkaitan erat. Mayoritas penduduk kedua negara itu dari keturunan Austronesia atau dari ras Melayu, dengan yang signifikan adalah kebudayaan Melayu yang dibagi antara mereka. Kedua negara ini termasuk sebagai negara-negara mayoritas Muslim, anggota ASEAN dan APEC, dan juga anggota Gerakan Non-Blok, dan Organisasi Kerja Sama Islam.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

Brunei Darussalam merupakan negara kerajaan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan memiliki dasar negara Monarki absolut, yang dalam perkembangannya memiliki corak Monarki Konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Segala urusan negara dan pemerintah yang menyangkut hajat hidup warga brunei adalah di tangan sang sultan, yang saat ini sultan brunei adalah Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di dalam negeri.
Dengan MIB sebagai ideologi negaranya, brunei memposisikan negaranya menjadi salah satu negara yang mempunyai kestabilitasan dalam bidang ekonomi dan politik di kawasan ASIA.
Berdasarkan pengalaman sejarah Melayu Brunei, Raja telah bertindak secara adil dan bijaksana sehingga tidak ada alasan bagi rakyat Brunei menolak kedaulatan raja. Raja telah memberikan tanggungjawabnya kepada rakyat dengan penuh amanah. Kepedulian raja terhadap keperluan umat Islam dibuktikan dengan pendirian berbagai perangkat hukum Islam dan lembaga keuangan Islam.
Berdasarkan penelitian, sistem monarki Brunei merupakan yang tertua di dunia sesudah kerajaan Denmark yang ditandai dengan kelestarian dinasti pewaris kerajaan. Sejak berdirinya Kerajaan Brunei tahun 1365 M, Kerajaan Brunei telah diperintah oleh 29 orang Sultan. Teknis pemerintahan yang terjadi sejak diproklamirkannya kemerdekaan Brunei Darussalam hanyalah pada pembentukan Dewan Kabinet dan adanya keinginan untuk mengembangkan demikrasi melalui lembaga eksektuitf .

B.      Saran

Dengan kekuasaan absolut yang di pegang oleh sang Raja memberikan ke stabilitasan politik dan ekonomi di negara brunei darussalam, hal ini disebabkan sifat dan segala kebijakan sang Raja sangat lah pro terhadap rakyat sehingga rasa kepercayaan rakyat kepada sang Raja tidak perlu di pertanyakan lagi.Dari sebab itu rakyat sangatlah mencintai sang Rajanya dan mematuhi segala peraturan yang di berikan oleh sang raja, tidak alasan bagi rakyat untuk tidak menghormati dan mencintai sang raja.
Yang menjadi kelemahan dari sistem ini adalah apabila sang raja sudah tidak lagi berpihak kepada rakyatnya atau dengan kata lain ada kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok yang merupakan titipan dari luar yang membuat ketidak percayaan rakyat kepada Rajanya dan raja bertindak sewenang-wenang kepada rakyatnya, jika ini terjadi akan memicu kudeta besar-besaran oleh rakyat kepada Sang Raja.

2 comments: